Swaragapura
Kondisi Stunting pada Balita di Kota Tasikmalaya disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya lingkungan tidak bersih dan sehat, perubahan prilaku yang kurang baik, pelayanan kesehatan tidak optimal dan factor gen atau keturunan serta asupan gizi yang buruk
Hal itu diungkap Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dr Uus Supangat saat menghadiri kegiatan publikasi data stunting Kota Tasikmalaya tahun 2024 yang digelar Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya di Aula Bapelitbangda Kota Tasikmalaya. Rabu (20/11)
Acara tersebut dihadiri pula Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Camat se- Kota Tasikmalaya, Perwakilan OPD terkait program percepatan penurunan stunting dilingkungan pemkot Tasikmalaya , dan kepala Puskesmas se- Kota Tasikmalaya
Pada tahun 2024 lanjut Dr Uus, Pemerintah Kota Tasikmalaya melakukan berbagai program terkait dengan pencegahan dan percepatan penurunan prevalensi stunting di Kota Tasikmalaya. Menurutnya target prevalensi stunting di Kota Tasikmalaya pada tahun 2024 adalah sebesar 10,75 persen
“ Program program Percepatan penurunan stunting terus dilaksanakan agar target prevalensi stunting 10,75 di Kota Tasikmalaya tahun 2024 bisa terwujud” ujar dr Uus
Sementara itu di tempat yang sama kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya drh Nina Kurniada menyampaikan data status gizi balita berdasarkan hasil bulan penimbangan balita pada bulan Agustus 2024 (E-PPGM)
- Prevalensi stunting per Puskesmas rata rata 10,85 persen , dengan prevalensi terendah Puskesmas Sambong Pari sebesar 3,21 persen sedangkan tertinggi Puskesmas Kawalu sebesar 21,72 persen
- Prevalensi Wasting per Puskesmas rata rata sebesar 4,14 persen, dengan prevalensi terendah Puskesmas Kahuripan 2,13 persen sedangkan tertinggi Puskesmas Parakanyasag sebesar 9,53 persen
- Prevalensi stunting per Kecamatan , Prevalensi terendah yaitu Kecamatan Mangkubumi yaitu 5,42 persen dan tertinggi kecamatan Kawalu 15, 75 persen