Swara Gapura
Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing. Gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran tidak mengancam jiwa manusia, namun dapat menyebabkan terjadinya disabilitas dan penurunan kualitas hidup seseorang. Penyandang disabiltas mengalami gangguan produktivitas dan mobilitas sehingga menimbulkan dampak sosio-ekonomi yang cukup berat bagi keluarga, masyarakat, dan negara.
Gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik global maupun nasional. Gangguan ini terjadi pada seluruh kelompok umur, karena luasnya penyebab dan faktor risiko terjadinya gangguan.
Stigma bahwa gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran tidak menyebabkan kematian, sehingga masalah ini diabaikan, akan dianggap sebagai masalah serius apabila menimbulkan kedisabilitasan, seperti kebutaan dan ketulian.
Salah satu indikator untuk mewujudkan manusia yang sehat adalah indera penglihatan yang sehat. Indera penglihatan merupakan salah satu alat tubuh manusia yang amat penting ( 83% informasi diterima melalui penglihatan) untuk memungkinkan manusia menerima informasi dari lingkungan hidup di sekitarnya sehingga mampu beradaptasi dan mempertahankan hidup dalam lingkungannya serta menghindarkan diri dari berbagai macam bahaya yang mungkin terjadi.
Dengan demikian indera pengihatan merupakan hal penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar terwujud manusia Indonesia yang cerdas, produktif, mampu berperan dalam berbagai bidang pembangunan serta meningkatkan sumber daya manusia.
Menurut WHO sebanyak 45 juta jiwa di seluruh dunia mengalami kebutaan, sepertiganya berada di Kawasan Asia Selatan dan tenggara dan Indonesia merupakan prevalensi tertinggi dalam tingkat kebutaan, diperkirakan 12 orang buta permenit 4 orang dari Asia Tenggara dan di Indonesia diperkirakan setiap 1 menit satu orang menjadi buta sehingga masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat.
Insiden katarak di Indonesia sebesar 0,1% ( 240 ribu orang) pertahun, sedangkan yang dioperasi + 80.000 orang pertahun, akibatnya timbul backlog (Penumpukan Penderita) katarak yang cukup tinggi. Di Jawa Barat tendensi 0,1% sebanyak 42.000 jiwa pertahun. Selain itu mahalnya Bahan Habis Pakai (Lensa tanam, benang, jarum dll) termasuk obat-obatan yang diperlukan, terbatasnya tenaga terkait di Kab/kota, terbatasnya prasarana layanan kesehatan mata disinyalir merupakan penyebab dalam penumpukan penderita katarak.
Disamping itu prevalensi kebutaan di Jawa Barat 1,1% dari jumlah penduduk dimana 56% disebabkan karena kebutaan karena katarak, sehingga bila jumah penduduk di Jawa Barat berdasarkan data Disdukcapil Bulan Juni Tahun 2022 adalah 48,64 Juta jiwa, dan angka kebutaan 1,1% maka terdapat 500.000 lebih penduduk yang buta. Dari jumlah tersebut kebutaan karena katarak sebesar 56% atau 300.000 jiwa.
Jumlah penduduk di Kabupaten Ciamis Tahun 2025 adalah 1.226.331 jiwa. Angka kebutaan di Jawa Barat khususnya di Kabupaten Ciamis berdasarkan penelitian dari Perdami Jawa Barat terdapat 2,8% penduduk yang buta dari usia 50 tahun ke atas (Assesment of Avoidable Bindness RAAB 2014-2016). Apabila jumlah penduduk usia 50 tahun ke atas diperkirakan sebesar 30% dari jumlah penduduk maka terdapat 411.853 jiwa sehingga terdapat 11.532 penduduk yang
buta. Dari jumlah tersebut kebutaan karena Katarak sebesar 71,6% atau 8.256 jiwa.
Berdasarkan Laporan Bulanan Tahun 2024 Program Gangguan Indera Fungsi (GIF) terdapat sekitar 802 Kasus Katarak yang ada di Kabupaten Ciamis, 388 orang sudah dirujuk ke RSUD Ciamis untuk mendapatkan pengobatan. Dengan adanya kasus tersebut pemerintah daerah kabupaten Ciamis melalui dinas kesehatan melaksanakan operasi katarak yang dilaksanakan di UPTD Puskesmas panjalu yang bekerjasama dengan RS mata Cicendo dan Pordami
Ketua penyelenggara kegiatan H. Edis Herdis S.Sos.,MM., mengatakan “Pelayanan operasi katarak ini merupakan salah satu bentuk kepedulian Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis dalam pelayanan kesehatan indera bagi masyarakat yang tidak mampu”
“Adapun sasaran kegiatan operasi katarak tahun 2025 sebanyak 100 kasus,dengan tujuan meningkatkan pelayanan kesehatan Indra bagi masyarakat miskin dan tidak mampu, khususnya mengembalikan fungsi indera penglihatan khususnya bagi penderita katarak sehingga dapat kembali produktif dan tidak menjadi beban tanggungan bagi kelurga/orang lain.”
“Selain itu meningkatkan upaya penanggulangan kebutaan akibat katarak di Kabupaten Ciamis dan meningkatkan aksesibilitas pelayanan bagi masyarakat serta meningkatkan cakupan pelayanan operasi katarak dan upaya kesehatan indera di Kabupaten Ciamis.” Tambahnya.
Pelaksana kegiatan terdiri dari Tim dari RS Mata Cicendo sebanyak 20 orang, Tim dari Dinas Kesehatan Kab. Ciamis sebanyak 33 orang, dan Tim dari Puskesmas Panjalu sebanyak 25 orang.
Menurut Ketua Tim operasi dr. Mayang Rini sp.M(K). HASIL KEGIATAN *PELAYANAN OPERASI KATARAK TINGKAT KAB. CIAMIS yang dilaksanakan di Puskesmas Panjalu, pada hari kamis 27 Februari 2025 ada Kuota 100 orang,jumlah terdaftar 82 orang dan hadir 66 orang “Alhamdulillah tepat 13.00 WIB sebanyak 66 orang pasen katarak dari 82 orang pasen terdaftar yang berasal dari 23 wilayah kerja Puskesmas selesai mendapatkan operasi katarak,’ ungkapnya
“Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama Pemerintah Daerah Kab. Ciamis dengan RS Mata Cicendo dan Perdami yang dilaksanakan di Puskesmas Panjalu hari Kamis tanggal 27 Februari Tahun 2025.” Jelasnya. (SG.W.-0-28/mon)