Realisasi Genting Baru 1 Persen, Kukuh : Butuh Kolaborasi

Swara Gapura

Sekertaris Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat Kukuh Dwi Setiawan menghadiri sekaligus menjadi narasumber pada kegiatan Forum Pwrangkat Daerah Untuk Urusan Perberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana  yang digelar DP3AKB Jawa Barat di Auditorium Smart 13 Building Universitas  Komputer Indonesia (Unikom) Bandung  Kamis (13/2) kemarin

Menurut Kukuh,  melalui  Gerakan Orang Tua Asuj Cegah Stunting (Genting,) BKKBN Jawa Barat menargetkan intervensi 207.189 keluarga beresiko stunting (KRS).  Melalui  kolaborasi multipihak baik itu pemerintah, swasta, media maupun akademis dan komunitas,  Per Januari 2025 Genting baru berhasil menyasar 2.678 KRS atau baru sekitar  1 (satu) persen. “Stunting disebabkan oleh multifactor  diantaranya pola asuh kurang tepat, terbatasnya layanan kesehatan, kurangnya asupam gizi, kurang akses terhadap makanan bergizi dan lingkungan yang tidak sehat,” ujarnya.

“Maka dari itu penangananya tidak bisa dilakukan sendiri akan tetapi harus dilakukan secara bersama sama atau membutuhkan kolaborasi multipihak,” tambah Kukuh.

Kukuh menuturkan, Genting merupakan transformasi dari  BAAS (Bapak Asuh Anak Stunting). Menurutnya pelaksanaan  Genting  melibatkan tim pengendali mulai tingkat pusat hingga tingkat kecamatan dan pelaksana di desa atau kelurahan artinya Genting lebih terstrukstur dan sistematis. “Saya akui bahwa program BAAS  berjalan secara sporadis, akan tetapi untuk Genting berjalan lebih terstrukstur dan sistematis,” ujarnya.

Ia menambahkan tugas tim pengendali pusat adalah menyusun kebijakan teknis dan tata kelola, koordinasi  dengan Kementerain dan lembaga terkait, promosi dan kerjasama, pemetaan sasaran, potensi mitra dan mengembangkan sistem informasi. Sedangkan  tugas tim pengendali tingkat provinsi  adalah pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan  serta memberikan umpan balik kepada orang tua asuh mengenai pelaksanaan program. “Proses pengendalian disesuaikan tingkatan pemerintahan. Tim pengendali melibatkan kader Dashat dan tim pendamping Keluarga (TPK) dimasyarakat,” ucap Kukuh.

Implementasi Genting di Jawa Barat  berupaya memadukan paket nutrisi dan edukasi. Upaya tersebut diharapkan bisa brdampak terhadap pemenuhan asupan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan  dan perubahan prilaku keluarga dalam bentuk pola pemenuhan gizi dan pola asuh. “Memadukan paket nutrisi dan edukasi pada implementasi Genting diharapkan tidak ada lagi kasus stunting di Jawa Barat,” pungkas Kukuh (SG.W-002)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *