Swaragapura.co.id
Anggota Komisi IX DPR RI Putih Sari menghadiri rangkaian kegiatan Promosi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) program Percepatan Penurunan stunting diwilayah khusus Desa Citeko Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Senin (18/9)
Putih mengatakan salah satu cara terbaik untuk mencegah stunting bagi ibu hamil hingga anak usia dua tahun (Baduta) atau 1000 hari pertama kehidupan (HPK) yaitu dengan cara mengomsumsi makanan sehat dan bergizi
“ Mengosumsi makanan sehat dan begizi tak berarti harus mahal karena makanan bergizi bisa diperoleh dengan harga murah serta bisa diperoleh dari pekarangan atau dekat rumah ”ujarnya
Stunting bukan hanya masalah berat dan tinggi badan yang tidak ideal dengan usianya akan tetapi dampak pada perkembangan otak sangat berbahaya karena kedepan akan dihadapkan pada persaingan global
“ Untuk mencegah kelahiran bayi stunting mari kita mengonsumsi makanan sehat dan bergizi baik itu ibu hamil maupun Baduta” ajak Putih
“ Untuk mewujudkan target 14 persen ditahun 2024 , kalau bisa zero stunting ,Presiden sudah meminta semua pihak berperan aktif dalam upaya percepatan penurunan stunting” tambahnya
Legeslatif asal Partai Gerinda ini juga mengingatkan penduduk Indonesia banyak. Urutan keempat di Dunia. Penduduk banyak itu bagus jika berkualitas namun jika tidak berkualitas akan menjadi beban, karena itu upaya pencegahan stunting merupakan salah satu cara mewujudkan penduduk berkualitas
“Dalam mewujudkan generasi berkualitas perlu membuat perencanaan keluarga. Dalam hal ini perencanaan memiliki anak. Hindari terlalu banyak, terlalu sering, terlalu muda dan terlalu tua saat melahirkan (4 T ) karena akan mengakibatkan kurangnya perhatian dan pengasuhan pada anak ” ungkapnya
Sementara itu Ketua Tim Kerja Pengelola Pelayanan Keluarga Berencana BKKBN Jawa Barat Adang Samsul Hadi berpesan agar para ibu selalu memperhatikan makanan yang disajikan dalam keluarga. Ia mengingatkan stunting dapat dicegah dengan cara mengonsumsi makanan sehat dan bergizi
“ Mencegah bayi stunting selain mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi juga dengan alat atau obat kontrasepsi atau jadi akseptor KB. Dengan KB akan memberikan pengasuhan optimal dan memberikan air susu ibu (ASI) secara eksklusif” ujarnya
“ Dan bila istri beresiko efek samping maka pria juga bisa menggunakan alat kontrasepsi (kondom) atau melalui metode operasi pria (MOP)” tambah Adang
Di tempat yang sama Kabid Pembangunan Ketahanan Keluarga Dinas PPKB Kabupaten Purwakarta Karwasih menegaskan penanganan stunting bukan hanya tanggungjawab BKKBN melainkan semua pihak karena penyebab stunting bukan murni akbat kekurangan gizi saja tapi juga pola asuh yang tidak tepat dan sanitasi yang buruk
“ Penanganan stunting perlu dilakukan dari hulu hingga hilir dan melibatkan semua pihak” tegasnya
Dalam upaya Pencegahan stunting Pemerintah sudah melatih ribuan tim pendamping keluarga (TPK) sebagai ujung tombak pencegahan di tingkat warga. TPK terdiri dari bidan, kader KB dan kader PKK. Menurut Karwasih upaya pencegahan merupakan hal yang utama
“ Prevalensi stunting di Purwakarta berhasil turun dari 26 persen pada tahun 2021 menjadi 20,6 persen tahun 2022 dan berharap Purwakarta bisa menekan prevalensi stumting menjadi lebih kecil lagi, bahkan bisa kurang dari 14 persen di tahun 2024 mendatang” pungkas Karwasih